Monday, March 28, 2011

Ketika jiwa harimau menunjukan jati dirinya dari tubuh domba

Hari senin, 28 maret 2011. Yap, tepatnya kemarin. Kemarin gw menemukan bahwa manusia itu gak bakal bisa menghindar selamanya dari masalah.

Sudah lama gw menghindari adanya tumpahan tinta hitam dalam buku kehidupan gw (yang artinya gw menghindari masalah). Well, bukan bermaksud jelek, gw cuma lebih memilih untuk tidak berkomunikasi dengan orang yang gak gw suka dibanding harus bertengkar atau membuat keributan bahkan saling membenci dan mendendam satu sama lain.

Hari senin kemarin, sang tetua yang mengajarkan salah satu penerapan ilmu ekonomi itu, membagikan hasil dari kuis kami minggu lalu. Cukup mengecewakan melihat hasilnya. Bukan hanya saya yang mendapat angka berdarah, tetapi banyak mahasiswa lain yang bernasib sama.

Mungkin ini sifat dasarku yang gak bisa selalu mengikuti arus kehidupan. Gw ditakdirkan hidup sebagai manusia, bukan sebagai ikan yang mengikuti arus air (bahkan ikan sekalipun bisa melawan arus yang deras, mengapa manusia tidak bisa?). Karena tidak dapat menerima guratan tinta sang tetua, saya pun mengusahakan untuk mendapatkan hak saya yang sesungguhnya.

"Pak, jangan pelit pelit nilai dong." Sambil tersenyum dan merayu, aku berujar demikian. Namun, gw tidak pernah menyangka apa yang keluar dari bibir asian berlogat daerah itu. Dia langsung membalas perkataan ku dengan kalimat "saya memang pelit nilai kok, kamu gak tahu?"

Jiwa harimau dalam kedok domba ini pun tidak dapat ditahan. Aku mencurangi kertas jawaban kuis ku, dan aku langsung membuatnya seolah olah bersalah. Awalnya, gw hendak memaklumi nilai jelek yang diberikan itu. Tapi, berkat kata kata mutiara yang diucapkan untuk membalas permintaan ku itu, aku jadi tidak bisa menahan semuanya.

Sampai detik tersebut, saya berhasil mengubah angka 67 menjadi 71. Tak berhenti sampai disitu. Harimau inipun semakin licik setelah melihat hasil jawaban teman yang lain. Aku terus mencari dan mengubah segumpalan kalimat pada kuis ku, dan aku hendak melakukan hal yang sama pada akhir pelajaran.

Teman ku, sang petinggi di BNEC pun ingin memprotes hak-nya, maka kami menemui sang pengajar di akhir mata kuliah. Ternyata bukan tinggal kami bertiga saja (saya, teman saya dan dosen). Ada seorang pemuda dengan paras yang bisa di bilang "tidak baik", ingin menjadi pahlawan bagi sang dosen dimalam itu.

Bagaikan penasihat yang terus membantu sang pangeran, kata kata sang pemuda terus dituturkan untuk melawan kami. Sejujur jujurnya, saya sangat bingung dengan kata katanya. Apakah dia sudah menyerah akan keadaan, atau dia hanya mencari celah dalam hati dosen agar ia bisa masuk lalu mengendalikan sang dosen, dari dalam?

Saya bingung akan setiap kalimat, kata, dan huruf yang ia tuturkan. Semua berpaku pada, "lebih baik perbaikan dibanding evaluasi yang telah terjadi".

Saya tahu pendidikannya tinggi dan dia pun bukan manusia bodoh, tetapi mengapa dia tidak paham, bahwa di setiap perbaikan, pasti diawali dengan evaluasi.

APA YANG HENDAK DI PERBAIKI JIKA KITA TIDAK TAHU KESALAHAN KITA? (Oke, bagi yang setuju akan kalimat gw barusan, boleh komentar di bawah hehe)

Sang penasihat cukup membuat gw naik pitam dalam hitungan millisecond. Pada akhirnya nilai saya kembali dinaikan, dari 71 menjadi 78, dan saya langsung mengacuhkan keberadaan sang "penolong dosen".

Tidak berhenti sampai sana aksinya, ketika kawan ku menanyakan jawabannya, sang pria berparas "tidak baik" itu pun kembali berkoar. Dan kali ini dia sedikit banyak berhasil mengecoh hati sang pemberi nilai buruk. Dosen tidak mau menambahkan poin kedalam hasil kuis temanku.

Saya mengajak temanku untuk keluar. Jiwa sang domba kembali muncul untuk menenangkan hati temannya.

Tiba tiba suara penawaran surga keluar dari mulut iblis berbunyi, "oke lah, saya akan bantu kalian, tapi jangan bilang siapa siapa lagi ya." Dibumbui dengan sedikit korupsi, kemudian dia pun langsung menambahkan nilai untuk temanku dan "yang bukan temanku" disana.

Well, karena yang dibantu disana hanya temanku dan "yang bukan temanku", berarti gw tidak termaksud kedalam kata "kalian" yang dikeluarkan oleh sang dosen. It meant, gw boleh dong mengungkapkan kejadian serta isi hati gw di sini.

Untuk kali ini gw rasa problems bisa di closed untuk sementara. Tapi benak gw tetap bertanya hingga sekarang.

APA YANG DIPIKIRKAN OLEH MAHASISWA ITU HINGGA DIA LEBIH MEMIHAK PADA SANG DOSEN YANG TELAH MEMBERINYA NILAI BURUK ITU?

APA MANUSIA SEKARANG LEBIH MEMILIH UNTUK BERPASRAH PADA KEADAAN SAJA?

Manusia diberikan akal budi dan naluri untuk memahami mana kesalahan dan kebenaran. Gunakanlah hal itu, jangan sampai Sang Pencipta menyesal telah memberikan hal tersebut pada kita (umat manusia).

Barang siapa yang menanam karma baik dalam langkah hidupnya, maka musibah akan menjauh darinya walaupun rezeki belum tiba.
Sebaliknya, barang siapa yang menanam karma buruk dalam langkah hidupnya, maka rezeki akan menjauh walaupun musibah belum tiba.

4 comments:

  1. Hahahahaha... Sampe ditulis di blog...

    Yaa,,, bolee laaa....

    Hehehehehehehehehehe

    ReplyDelete
  2. hahaha, kan gw cuma mengungkapkan doang :s
    masa di larang juga sih kalo gini?

    ReplyDelete
  3. "Teman ku, sang petinggi di BNEC pun ingin memprotes hak-nya," apa apaan nih xD

    ReplyDelete
  4. hua hua hua, orangnya datangg!! hahaha
    tapi gw gak berbohong kan, do?? :D

    ReplyDelete